SEJARAH PO BUS ALADIN : LEGENDA PRIANGAN TIMUR YANG TAK KENAL MENYERAH
Table of Contents
DENIINDO, TASIKMALAYA --- Salah satu perusahaan otobus (PO) yang menarik dikulik sejarahnya adalah PO bus Aladdin. PO bus asal Ciamis, Jawa Barat ini pernah jaya pada masanya dan pernah redup lantaran persaingan dan krisis.
Sejarah PO Aladdin tidak lepas dari nama pemiliknya, Haji Aceng Kandar. Dikutip dari kanal YouTube Bayu Beuss, H Aceng mendirikan PO ini sejak tahun 1960-an
PO bus Aladdin punya ciri khas sendiri yang begitu dikenal oleh masyarakat Ciamis. Livery bus Aladdin didominasi warna putih dengan aksen merah dan cokelat. PO ini kerap menggunakan sasis big bus Mercedes-Benz dan Hino.
Namun, pada masa-masa redup, PO Aladdin mulai menggunakan bus medium untuk melayani rute-rute antar kota antar provinsi (AKAP). Penggunaan bus medium dilakukan seiring dengan penurunan jumlah penumpang.
Pada tahun tersebut, PO bus di Indonesia masih jarang. Sehingga banyak bisnis angkutan, terutama bus, cepat berkembang pesat sebagaimana PO lainnya.
PO Aladdin pun juga mengalami hal yang sama, yakni maju pesat dan punya banyak armada. Puncak kesuksesan PO asal Priangan Timur ini terjadi pada tahun 1980-1990.
Tahun-tahun tersebut merupakan masa kejayaan PO bus yang ada di Indonesia. Meski fasilitas yang diberikan PO bus pada tahun tersebut tidak sebagus sekarang, namun masyarakat begitu menggilai bus.
Transportasi ini dianggap ideal karena mampu menjangkau kota-kota yang jauh dan bahkan antar pulau dengan harga yang murah. Karena, waktu itu harga tiket pesawat relatif cukup tinggi sehingga bus jadi pilihan utama.
Berbekal 160 bus, PO ini melayani berbagai rute di Pulau Jawa. Bus asal Jawa Barat ini melakukan ekspansi trayek, seperti halnya Kawali-Jakarta, Lumbung-Jakarta, Banjar Jakarta, Bandung-Yogya-Solo, Sukabumi-Wonogiri, Tasik-Purwokerto, Tasik-Semarang-Kudus dan Bandung-Purwokerto.
Setelah cukup lama berada di puncak kejayaan, PO Aladdin mulai meredup karena banyak faktor. Selain karena persaingan perusahaan transportasi bus pada tahun 1998-2000 sudah mulai ketat, perekonomian Indonesia juga memburuk kala itu akibat krisis moneter.
PO Aladdin tidak redup sendiri, karena PO lainnya juga mengalami hal serupa. Hanya PO besar yang punya banyak armada yang mampu bertahan dari iklim bisnis yang buruk. Kemerosotan PO Aladdin ditandai dengan penurunan jumlah armada yang cukup drastis. Dari ratusan armada yang dimiliki, hanya tersisa puluhan.
Meski tak sejaya waktu itu, semangat PO Aladdin untuk bertahan di tengah keterbatasan patut diacungi jempol. PO ini masih tetap eksis hingga sekarang meski tidak sebesar dulu. Kini pengelolaan bus diserahkan kepada anak-anak H Aceng.
Posting Komentar