2 WARGA BENGKULU SULAP SAMPAH JADI BBM SETARA SOLAR DAN PERTAMAX

Table of Contents

DENIINDO, BENGKULU --- Salut untuk dua warga Bengkulu bernama Derman Sitorus dan Ardi.

Mereka bisa menyulap sampah menjadi BBM setara Solar dan Pertamax.

Keduanya menggunakan mesin Fast Pyrolysis generasi kelima (Faspol 5.0), yang mampu mengolah sampah plastik menjadi Bahan Bakar Alternatif (BBA) dengan nama paten Petasol, setara Solar dan Pertamax.

Mesin ini menggunakan 50 kilogram sampah plastik seperti kantong kresek dan styrofoam untuk diubah menjadi bahan bakar dalam waktu 8 jam.

Proses ini menghasilkan 45 liter bahan bakar setara Solar atau Pertamax yang siap digunakan untuk mesin diesel.

"50 kilogram sehari menghasilkan 45 liter bahan setara Solar atau Pertamax. Dan siap digunakan untuk mobil bermesin diesel," ujar Ardi ditemui di lokasi pengolahan limbah plastik di Jalan Keramat Teluk, Kelurahan Betungan, Kecamatan Selebar, Kota Bengkulu
Bahan bakar hasil pengolahan sampah plastik ini sudah banyak dimanfaatkan oleh kalangan terbatas, termasuk pabrik olahan tahu dan kendaraan diesel masyarakat.

"Solar kita dipakai oleh mesin diesel pabrik tahu, dan mobil masyarakat. Kondisinya bersih dan baik," kata Derman Sitorus.

Pengolahan sampah plastik ini berada di bawah Bank Sampah Pejuang Lingkungan (BSPL) Bengkulu.

Ardi menjelaskan, awalnya mereka hanya melakukan pengolahan sampah organik menjadi pupuk.
Namun, setelah berinteraksi dengan pegiat sampah nasional, mereka memutuskan membeli mesin pengolah sampah plastik menjadi bahan bakar.

"Kami membeli alat ini menggunakan uang mandiri pribadi. Sudah berjalan sejak Desember 2023. Bahan baku kami ambil dari pasar, atau limbah perusahaan yang kami pilah lalu kami olah," jelas Ardi, yang juga menjadi Penasihat BSPL Bengkulu.

Ardi menjelaskan bahwa tidak semua jenis sampah plastik dapat diolah menjadi bahan bakar.

Plastik jenis aluminium foil, PVC, dan mica tidak dapat diolah, sementara jenis plastik lainnya bisa diubah menjadi bahan bakar siap pakai.
"Sampah yang ada nilai ekonomi tinggi kami jual seperti sisa botol air mineral, sementara sampah plastik lainnya kami olah jadi bahan bakar," ucapnya.

Menurut Ardi, konsumsi plastik di rumah tangga Indonesia sangat besar, berkisar Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu per bulan.

Jika tidak dikelola dengan baik, sampah tersebut dapat mencemari lingkungan.

"Belanja rumah tangga di Indonesia untuk sampah plastik sangat besar. Misal belanja barang ada biaya kresek seperti di swalayan, itu sampah bahaya kalau tidak dikelola," jelasnya.

BSPL juga bekerja sama dengan perusahaan seperti Astra, yang memasok sampah plastik mereka untuk diolah menjadi bahan bakar, meski masih dalam skala kecil.

Mesin Faspol 5.0 yang digunakan BSPL merupakan ciptaan Budi Tresno Aji dari Bank Sampah Banjarnegara (BSB), yang pengembangannya didukung penuh oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Ardi menegaskan pengelolaan sampah harus menjadi perhatian serius bagi semua pihak, mulai dari pemerintah, masyarakat, hingga perusahaan.

Selama beberapa tahun bergelut dengan pengolahan sampah plastik di Kota Bengkulu, Ardi dan Derman Sitorus merasa prihatin melihat pengelolaan sampah yang kurang optimal.

"Tiga tahun lalu kami tawarkan kerja sama pengelolaan sampah dengan Pemerintah Kota Bengkulu, tapi belum ada respons. Bila wali kota baru berminat, kami siap bantu," ungkapnya.

Ardi bahkan menekankan jika pengelolaan sampah dilakukan dengan benar, maka Tempat Pembuangan Akhir (TPA) tidak lagi diperlukan.

"TPA sudah tidak perlu lagi karena sampah sudah habis digunakan dan diolah. Bila dikelola dengan benar dengan melibatkan masyarakat," ujarnya.

Menurut Ardi, BSPL memerlukan perlindungan pemerintah, khususnya dalam bentuk regulasi yang mendukung pengolahan sampah plastik menjadi bahan bakar.

"Yang paling kami perlukan dari pemerintah adalah regulasi tentang pengolahan sampah jadi bahan bakar sehingga kami merasa nyaman dan tetap berkarya karena BSPL juga berkontribusi pada ketahanan energi dan pangan," tegasnya.

Ardi juga mengungkapkan komunikasi dengan wali kota terpilih sudah terjalin dan berharap kepemimpinan baru di Kota Bengkulu dapat serius dalam menyelesaikan persoalan sampah yang semakin mengkhawatirkan.

EDITOR : DENI RODIANSYAH

Posting Komentar

Iklan