ISTILAH, BESAR PASAK DARI PADA TIANG
Table of Contents
TASIKMALAYA, DENI INDO --- Sering kali kita mendengar dari orang-orang yg merasa paling pintar mengatur keuangan rumah tangga dan sudah bisa memiliki segalanya setelah menikah, padahal kita masing masing berjalan diatas bumi ini dengan ujian nya masing-masing.
Maka janganlah mengukur wadah garammu dengan wadah orang lain, bisa jadi mereka yg sekarang belum punya apa-apa.
Mungkin sekarang wadah garamnya lebih kecil dan cepat habis.
Jadi harus selalu terisi karena pemakaiannya lebih banyak dan tentunya membeli garam harus dengan uang.
Alhasil mimpi-mimpinya terhenti sejenak demi kebutuhan yg tidak bisa ditunda, bisa jadi mereka yg sekarang usia pernikahannya sudah puluhan tahun, dulu saat baru menikah tanggungannya lebih banyak hingga sulit untuk mengumpulkan pundi untuk mencapai impiannya.
Bisa jadi juga disaat sekarang sudah hidup dengan suami dan anaknya saja, kebutuhan lain mempersulitnya untuk mencapai keinginan yg sudah puluhan tahun ia impikan itu.
Kita tidak pernah tau, hal-hal apa yg mereka lewati hingga akhirnya hari ini masih belum sampai pada pencapaian yg mereka harapkan.
Mungkin mereka berharap merenovasi rumahnya yg sudah usang, tapi terhalang dengan kebutuhan anak-anaknya yg masih sekolah.
Mungkin saja, keperluan dapurnya lebih banyak dari orang-orang yg terbiasa makan hanya dengan lauk yg itu-itu saja.
Bukan perihal boros, mungkin memang takaran rezekinya hanya sampai disana.
Bahkan ada banyak istri yg kehilangan moment mementingkan dirinya sendiri namun sering kali dianggap paling banyak menghabiskan uang suami.
Meskipun dalam agama nafkah itu wajib, bahkan ketika kurang pun, ada para istri diluar sana yg masih sanggup berjuang bersama memeras keringat untuk membantu suami memenuhi kebutuhan keluarganya.
Disini bukan soal siapa yg paling pintar mengatur uang suami,tapi memang takaran yg Tuhan beri hanya sanggup untuk memenuhi kebutuhan, bukan untuk memenuhi keinginan.
Karena kalau bicara soal keinginan, mungkin terlalu banyak dan tidak akan ada habisnya, bahkan kalau bisa kalau boleh milih, maunya langsung enak dan bahagia begitu menikah.
Orang hidup yg mewah dan berkecukupan hari ini tentu saja sudah melewati badai kekurangan dan bahkan pernah tidak memegang uang sepeserpun di masa lalu.
Hidup terkadang hanya kebanyakan merasa, tapi tidak mau mengerti dan empati.
Jalani saja apa yg diberikan Tuhan hari ini, kalau porsinya memang hanya seperti itu, mau bagaimanapun kita berusaha tentu hanya akan sampai disana.
Jadi stop membanding-bandingkan kehidupanmu dengan kehidupan orang lain.
Biar bagaimanapun hasilnya, semua suami yg mau bekerja adalah suami yg bertanggungjawab atas keluarganya dan itu patut diapresiasi.
Panjang umur untuk para suami dan istri yg sedang berjuang untuk kebahagiaan anak-anak di masa depan.
Semoga bahu kita semua selalu kuat menghadapi badai-badai berikutnya, amiin ya rabbal alamin ( HARDY HARIS).
Posting Komentar